Kamis, 19 Juni 2014

Schmutzer Jadi Idola

(Foto: AMM)

Oleh Ashma Mardhiyatu Musyaffa

Libur telah tiba. Ada referensi tempat rekreasi untuk kamu yang mau ngisi liburan. sambil mengenal primata. Tepatnya di Pusat Primata 'Schmutzer' dalam lingkungan Kebun Binatang, Ragunan, bisa jadi tujuanmu. Mau?

Pusat Primata tak pernah sepi pengunjung, karena mereka --yang datang dari berbagai daerah di Jabodetabek sampai luar pulau Jawa-- cukup tertarik dengan koleksinya. Terutama saat liburan sekolah, hari raya, tahun baru dan akhir pekan, kawasan 'Schmutzer' dipenuhi pengunjung Kebun Binatang Ragunan.

Tempat penangkaran primata yang menjadi situs favorit ini, dibangun sejak 1998. Dibangun selam 4 tahun, 'Schmutzer' bukan hanya sebagai tempat penangkaran dan pelestarian. Tetapi sekaligus menjadi sarana pendidikan dan hiburan, yang lebih menarik minat bagi pengunjung dibanding situs satwa lainnya.

Meski berada di dalam kebun binatang milik Pemda, namun status kepemilikannya berada di bawah The Gibbon Foundation. Penyandang dana swasta ini memberikan pendanaan penuh terhadap pendirian Pusat Primata 'Schmutzer.'

Barulah pada 2006, Pusat Primata ini diserahkan sepenuhnya pada Kebun Binatang Ragunan Jakarta. Sebagai pengelola ditunjuk Kepala Badan Layanan Daerah (BLD), seperti dikatakan Wahyudi B seorang stafnya.

Perawatan Koleksi

Primata yang berhasil dikoleksi cukup banyak, antara lain: orang utan, wau-wau, beruk, aye-aye, simpanse, monyet, sampai gorila. Penambahan koleksi didapat melalui kelahiran, koleksi luar negeri serta hasil pertukaran. Karena kawasan ini merupakan lembaga konservasi, maka pengelola harus mampu mempertahankan kelestarian primata.

“Kita berupaya menambah koleksi, tapi tetap memperhatikan kapasitas kandang,” ujar Wahyudi, staf pengelola Pusat Primata Schmutzer.

Perawatan primata dikatakan cukup mudah dan tidak ada bentuk khusus. Yang berbeda cuma waktu makan, seperti gorila harus 4 kali sehari. Sedangkan orang utan, wau-wau, beruk, aye-aye, simpanse dan monyet, cukup 2 sampai 3 kali saja.

Wilayah Pusat Primata Schmutzer yang cukup luas, dibangun agar terlihat alami menyerupai habitat aslinya. Seperti juga Kebun Binatang San Diego, kehidupan primata di Schmutzer dirancang sesuai kehidupan alam yang bebas tanpa kandang. Contohnya, kandang gorila dan orang utan.

Meski demikian, pengunjung disediakan tempat khusus untuk jalan setapak, arena bermain dan belajar dan tempat istirahat. Namun beberapa jalan ditutup --seperti jalan menuju jembatan gantung-- yang berada di dalam kawasan konservasi primata.

“Karena kondisinya tidak memungkinkan dilewati pengunjung, yang kami lakukan semata-mata untuk keselamatan pengunjung," ujar Wahyudi.

Selain binatang yang terawat, tumbuhan di Schmutzer pun diberi papan nama berdasarkan nama latinnya.Agar para pengunjung sekaligus dapat mengetahui jenis pepohonan hutan tropis. Bahkan situs primata ini juga memiliki museum, perpustakaan dan bioskop kecil yang memutar film khusus tentang primata di Indonesia maupun dunia.

Berlibur sambil Belajar

Selain dimanjakan dengan tingkah polah primata yang terlihat langsung dari tengah sangat dekat --hanya berbatas kaca-- para pengunjung juga mendapatkan suasana seperti di dalam hutan tropis atau dalam gua buatan.

Pengunjung dilarang membawa minum ke dalam. Tapi jangan khawatir, disediakan air minum gratis pada pancuran di beberapa titik tertentu. di dalam kawasan primata. Karena pengunjung dilarang membawa masuk makanan dan minuman,  kawasan ini terlihat sangat bersih.

Pemeriksaan hal ini cukup ketat, dan disediakan pula tempat penitipan barang yang aman dan rapi. Sistem itu diberlakukan, demi mempertahankan ekosistem primata yang kini semakin sedikit jumlahnya.

Untuk menyaksikan sekaligus mendapatkan wawasan kehidupan primata --bahkan dimanjakan dengan berbagai fasilitas liburan-- pengunjung cukup membayar Rp. 7.500,- perorang. Wah, terjangkau, bukan?

Bagaimana, mengasyikan bukan? Berlibur sambil belajar di Pusat Primata Schmutzer, malah dengan biaya yang cukup murah. Tunggu apalagi? Ayo berlibur ke Pusat Primata ;Schmutzer!'

0 komentar:

Original text