Schmutzer Jadi Idola
(Foto: AMM) |
Oleh Ashma Mardhiyatu Musyaffa
Libur telah tiba. Ada referensi tempat rekreasi untuk kamu yang mau
ngisi liburan. sambil mengenal primata. Tepatnya di Pusat Primata
'Schmutzer' dalam lingkungan Kebun Binatang, Ragunan, bisa jadi
tujuanmu. Mau?
Pusat
Primata tak pernah sepi pengunjung, karena mereka --yang datang dari
berbagai daerah di Jabodetabek sampai luar pulau Jawa-- cukup tertarik
dengan koleksinya. Terutama saat liburan sekolah, hari raya, tahun baru
dan akhir pekan, kawasan 'Schmutzer' dipenuhi pengunjung Kebun Binatang
Ragunan.
Tempat
penangkaran primata yang menjadi situs favorit ini, dibangun sejak
1998. Dibangun selam 4 tahun, 'Schmutzer' bukan hanya sebagai tempat
penangkaran dan pelestarian. Tetapi sekaligus menjadi sarana pendidikan
dan hiburan, yang lebih menarik minat bagi pengunjung dibanding situs
satwa lainnya.
Meski berada di dalam kebun binatang milik Pemda, namun status kepemilikannya berada di bawah The Gibbon Foundation. Penyandang dana swasta ini memberikan pendanaan penuh terhadap pendirian Pusat Primata 'Schmutzer.'
Barulah
pada 2006, Pusat Primata ini diserahkan sepenuhnya pada Kebun Binatang
Ragunan Jakarta. Sebagai pengelola ditunjuk Kepala Badan Layanan Daerah
(BLD), seperti dikatakan Wahyudi B seorang stafnya.
Perawatan Koleksi
Primata
yang berhasil dikoleksi cukup banyak, antara lain: orang utan, wau-wau,
beruk, aye-aye, simpanse, monyet, sampai gorila. Penambahan koleksi
didapat melalui kelahiran, koleksi luar negeri serta hasil pertukaran.
Karena kawasan ini merupakan lembaga konservasi, maka pengelola harus
mampu mempertahankan kelestarian primata.
“Kita
berupaya menambah koleksi, tapi tetap memperhatikan kapasitas kandang,”
ujar Wahyudi, staf pengelola Pusat Primata Schmutzer.
Perawatan
primata dikatakan cukup mudah dan tidak ada bentuk khusus. Yang berbeda
cuma waktu makan, seperti gorila harus 4 kali sehari. Sedangkan orang
utan, wau-wau, beruk, aye-aye, simpanse dan monyet, cukup 2 sampai 3
kali saja.
Wilayah
Pusat Primata Schmutzer yang cukup luas, dibangun agar terlihat alami
menyerupai habitat aslinya. Seperti juga Kebun Binatang San Diego,
kehidupan primata di Schmutzer dirancang sesuai kehidupan alam yang
bebas tanpa kandang. Contohnya, kandang gorila dan orang utan.
Meski demikian, pengunjung disediakan tempat khusus untuk jalan setapak, arena bermain dan belajar dan tempat istirahat. Namun beberapa jalan ditutup --seperti jalan menuju jembatan gantung-- yang berada di dalam kawasan konservasi primata.
“Karena
kondisinya tidak memungkinkan dilewati pengunjung, yang kami lakukan
semata-mata untuk keselamatan pengunjung," ujar Wahyudi.
Selain
binatang yang terawat, tumbuhan di Schmutzer pun diberi papan nama
berdasarkan nama latinnya.Agar para pengunjung sekaligus dapat
mengetahui jenis pepohonan hutan tropis. Bahkan situs
primata ini juga memiliki museum, perpustakaan dan bioskop kecil yang
memutar film khusus tentang primata di Indonesia maupun dunia.
Berlibur sambil Belajar
Selain
dimanjakan dengan tingkah polah primata yang terlihat langsung dari
tengah sangat dekat --hanya berbatas kaca-- para pengunjung juga
mendapatkan suasana seperti di dalam hutan tropis atau dalam gua buatan.
Pengunjung
dilarang membawa minum ke dalam. Tapi jangan khawatir, disediakan air
minum gratis pada pancuran di beberapa titik tertentu. di dalam kawasan
primata. Karena pengunjung dilarang membawa masuk makanan dan minuman,
kawasan ini terlihat sangat bersih.
Pemeriksaan
hal ini cukup ketat, dan disediakan pula tempat penitipan barang yang
aman dan rapi. Sistem itu diberlakukan, demi mempertahankan ekosistem
primata yang kini semakin sedikit jumlahnya.
Untuk
menyaksikan sekaligus mendapatkan wawasan kehidupan primata --bahkan
dimanjakan dengan berbagai fasilitas liburan-- pengunjung cukup membayar
Rp. 7.500,- perorang. Wah, terjangkau, bukan?
Bagaimana,
mengasyikan bukan? Berlibur sambil belajar di Pusat Primata Schmutzer,
malah dengan biaya yang cukup murah. Tunggu apalagi? Ayo berlibur ke
Pusat Primata ;Schmutzer!'
0 komentar: